Selasa, 15 November 2016

TEORI KEPERAWATAN

MAKALAH KEPERAWATAN DASAR
ELIMINASI
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Keperawatan Dasar


Disusun Oleh :
1. Nabilla Oktaviani                J210150044
2.Sri Rumiyati                         J2101500
3.Iis Ismawati                         J21015068
4.Risada P                               J2101500
5.Tyan Adhi                            J2101500


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2016






Kata Pengantar

            Atas berkat rahmat Allah SWT, maka kami kelompok VII Mata Kuliah Keperawatan Dasar dapat menyusun dan menyelesaikan makalah ini dengan tepat pada waktunya.

            Maksud penulisan makalah ini adalah sebagai salah satu tugas perkuliahan mata kuliah Keperawatan Dasar yang diselenggarakan di semester II ini.

            Dengan selesainya penulisan makalah ini, rekan-rekan kelompok VII mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang membantu dalam proses penyusunan makalah ini.

            Hanya doa kepada Allah SWT sebagai rasa syukur atas tugas yang kami terima. Dan penulis harap karya ini dapat memberi manfaat . Aamiin

            Akhir kata tiada gading yang tak retak , tiada karya dan karsa yang sempurna sehingga saran dan kritik yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan makalah ini.



Penyusun












DAFTAR ISI

            Halaman Makalah                                                                                           i
            Kata Pengantar                                                                                               ii
            Daftar Isi                                                                                                         iii
            Bab I Tinjauan Pustaka                                              
·         Latar Belakang                                                                                    1
·         Rumusan Masalah                                                                               1
·         Tujuan                                                                                                 1
Bab II Pembahasan
A.    Pengertian
B.     Anatomi Fisiologi
C.     Nilai – Nilai Normal
D.    Gangguan pada Eliminasi
E.     Patofisiologi
F.      Pemeriksaan Diagnostik
G.    Asuhan Keperawatan  
Bab III Penutup
Daftar Pustaka















Bab I
Tinjauan Pustaka
I.I Latar Belakang
Manusia merupakan salah satu makhluk hidup, dikatakan sebagai makhluk hidup karena dapat bernapas, berkembang biak, tumbuh, beradaptasi, memerlukan makanan dan mengeluarkan sisa metabolisme dalam tubuh ( eliminasi ). Setiap kegiatan yang dilakukan tubuh dikarenakan peran masing-masing organ.
Salah satu kegiatan tubuh dalam membuang sisa-sisa metabolisme adalah mengeluarkan urine dan berdefekasi. Eliminasi merupakan pembuangan sisa proses di dalam tubuh. Eliminasi merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia (KDM) yang dibutuhkan untuk mempertahankan keseimbangan dalam tubuh (homeostatis).
Sistem yang berperan dalam eliminasi hampir semua sistem tubuh. Jika terjadi gangguan terhadap eliminasi, makasistem tubuh yang berperan juga akan terganggu. Untuk itu diperlukan pengetahuan tentang kebutuhan proses eliminasi sampah metabolisme.
I.2 Rumusan Masalah
Beberapa hal yang akan dibahas dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
1.      Apa saja sistem tubuh yang berperan dalam eliminasi urine dan fekal?
2.      Bagaimana proses berkemih dan proses buang air besar?
3.       Apa saja faktor yang memengaruhi eliminasi?
4.      Apa saja gangguan atau masalah kebuuhan eliminasi?
5.      Apa saja tindakan untuk mengatasi masalah eliminasi?
I.3 Tujuan Masalah
1.      Mengetahui prinsip pemenuhan kebutuhan eliminasi
2.      Mengetahu organ-organ yang berperan dalam eliminasi
3.      Menjelaskan faktor-faktor yang memengaruhi masalah eliminasi
4.      Mengetahui gangguan/masalahkebutuhan eliminasi
5.      Mengetahui tindakan mengatasi masalah eliminasi








Bab II
Pembahasan

A.    Pengertian
                   I.     Eliminasi Fekal

        Eliminasi fekal adalah proses pembuangan sisa metabolisme tubuh berupa bowel (feses). Pengeluaran feses yang sering, dalam jumlah besar dan karakteristiknya normal biasanya berbanding lurus dengan rendahnya insiden kanker kolorektal (Robinson & Weigley, 1989). Defekasi adalah pengeluaran feses dari anus dan rektum. Hal ini juga disebut bowel movement. Frekwensi defekasi pada setiap orang sangat bervariasi dari beberapa kali perhari sampai 2 atau 3 kali perminggu. Banyaknya feses juga bervariasi setiap orang. Ketika gelombang peristaltik mendorong feses kedalam kolon sigmoid dan rektum, saraf sensoris dalam rektum dirangsang dan individu menjadi sadar terhadap kebutuhan untuk defekasi.

                     II.Eliminasi Urin

    Urin atau air seni atau air kencing adalah cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal yang kemudian akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi. Eksreksi urin diperlukan untuk membuang molekul-molekul sisa dalam darah yang disaring oleh ginjal dan untuk menjaga homeostasis cairan tubuh. Urin disaring di dalam ginjal, dibawa melalui ureter menuju kandung kemih, akhirnya dibuang keluar tubuh melalui uretra.

B.     Anatomi Fisiologi
I. Eliminasi Fekal

     Saluran pencernaan meliputi usus halus dan usus besar.Usus halus terdiri atas    tiga bagian (duodenum, jejenum, dan ileum). Sedangkan usus besar terdiri dari 4 bagian (sekum,kolon, apendiks,dan rectum).
        Anatomi fisiologi saluran pencernaan terdiri dari :
1)Mulut
     Gigi berfungsi untuk menghancurkan makanan pada awal proses pencernaan. Mengunyah dengan baik dapat mencegah terjadinya luka parut pada permukaan saluran pencernaan. Setelah dikunyah lidah mendorong gumpalan makanan ke dalam faring, dimana makanan bergerak ke esofagus bagian atas dan kemudian kebawah ke dalam lambung.
2)      Esofagus
    Esofagus adalah sebuah tube yang panjang. Sepertiga bagian atas adalah terdiri dari otot yang bertulang dan sisanya adalah otot yang licin. Permukaannya diliputi selaput mukosa yang mengeluarkan sekret mukoid yang berguna untuk perlindungan.

3)Lambung
    Gumpalan makanan memasuki lambung, dengan bagian porsi terbesar dari saluran pencernaan. Pergerakan makanan melalui lambung dan usus dimungkinkan dengan adanya peristaltik, yaitu gerakan konstraksi dan relaksasi secara bergantian dari otot yang mendorong substansi makanan dalam gerakan menyerupai gelombang. Pada saat makanan bergerak ke arah spingter pylorus pada ujung distla lambung, gelombang peristaltik meningkat. Kini gumpalan lembek makanan telah menjadi substansi yang disebut chyme. Chyme ini dipompa melalui spingter pylorus kedalam duodenum. Rata-rata waktu yang diperlukan untuk mengosongkan kembali lambung setelah makan adalah 2 sampai 6 jam.
4)      Usus kecil
Usus kecil (halus) mempunyai tiga bagian :
o Duodenum, yang berhubungan langsung dengan lambung
o Jejenum atau bagian tengah dan
o Ileum
5)      Usus besar (kolon)
Kolon orang dewasa, panjangnya ± 125 – 150 cm atau 50 –60 inch, terdir dari :
- Sekum, yang berhubungan langsung dengan usus kecil
- Kolon, terdiri dari kolon asenden, transversum, desenden dan sigmoid.
- Rektum, 10 – 15 cm / 4 – 6 inch.
Fisiologi usus besar yaitu bahwa usus besar tidak ikut serta dalam pencernaan/absorpsi makanan. Bila isi usus halus mencapai sekum, maka semua zat makanan telah diabsorpsi dan sampai isinya cair (disebut chyme). Selama perjalanan didalam kolon (16 – 20 jam) isinya menjadi makin padat karena air diabsorpsi dan sampai di rektum feses bersifat padat – lunak.
Fungsi utama usus besar (kolon) adalah :
ü Menerima chyme dari lambung dan mengantarkannya ke arah bagian selanjutnya untuk mengadakan absorpsi / penyerapan baik air, nutrien, elektrolit dan garam empedu.
ü Mengeluarkan mukus yang berfungsi sebagai protektif sehingga akan melindungi dinding usus dari aktifitas bakteri dan trauma asam yang dihasilkan feses.
ü Sebagai tempat penyimpanan sebelum feses dibuang.
6)      Anus / anal / orifisium eksternal
      Panjangnya ± 2,5 – 5 cm atau 1 – 2 inch, mempunyai dua spinkter yaitu internal (involunter) dan eksternal (volunter)
Guyton dan Hall. 2007. Buku Ajar FISIOLOGI KEDOKTERAN Edisi II. Jakarta: EGC.
Pearce, Efelin C. 2006. Anatomi dan fisiologi untuk paramedic Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
Syaifuddin. 1997. Anatomi Fisiologi Untuk Siswa Perawat. Jakarta: EGC
Snell, Richard S. 2006. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran. Jakarta: EGC

II.  Eliminasi Urine


Sistem perkemihan terdiri dari :
a)    Ginjal (Ren)
Ginjal terletak pada dinding posterior abdomen di belakang peritoneum pada kedua sisi vertebra thorakalis ke 12 sampai vertebra lumbalis ke-3. Bentuk ginjal seperti biji kacang.Ginjal kanan sedikit lebih rendah dari ginjal kiri, karena adanya lobus hepatis dexter yang besar.Fungsi ginjal adalah memegang peranan penting dalam pengeluaran zat-zat toksis atau racun, mempertahankan suasana keseimbangan cairan, mempertahankan keseimbangan kadar asam dan basa dari cairan tubuh, dan mengeluarkan sisa-sisa metabolisme akhir dari protein ureum, kreatinin dan amoniak.
b)   Ureter
  Terdiri dari 2 saluran pipa masing-masing bersambung dari ginjal ke vesika urinaria. Panjangnya ± 25-30 cm, dengan penampang 0,5 cm. Ureter sebagian terletak pada rongga abdomen dan sebagian lagi terletak pada rongga pelvis.
Lapisan dinding ureter terdiri dari:
1. Dinding luar jaringan ikat (jaringan fibrosa)
2. Lapisan tengah lapisan otot polos
3. Lapisan sebelah dalam lapisan mukosa
Lapisan dinding ureter menimbulkan gerakan-gerakan peristaltik yang mendorong urin masuk ke dalam kandung kemih.
c)    Vesika Urinaria (Kandung Kemih)
       Vesika urinaria bekerja sebagai penampung urin. Organ ini berbentuk seperti buah pir (kendi). Letaknya di belakang simfisis pubis di dalam rongga panggul. Vesika urinaria dapat mengembang dan mengempis seperti balon karet.
 Dinding kandung kemih terdiri dari:
1. Lapisan sebelah luar (peritoneum).
2. Tunika muskularis (lapisan berotot).
3. Tunika submukosa.
4. Lapisan mukosa (lapisan bagian dalam).
d)   Uretra
       Merupakan saluran sempit yang berpangkal pada vesika urinaria yang berfungsi     menyalurkan air kemih ke luar.
Pada laki-laki panjangnya kira-kira 13,7-16,2 cm, terdiri dari:
1. Urethra pars Prostatica
2. Urethra pars membranosa (terdapat spinchter urethra externa)
3. Urethra pars spongiosa.
Urethra pada wanita panjangnya kira-kira 3,7-6,2 cm (Taylor), 3-5 cm (Lewis). Sphincter urethra terletak di sebelah atas vagina (antara clitoris dan vagina) dan urethra disini hanya sebagai saluran ekskresi.
Dinding urethra terdiri dari 3 lapisan:
1. Lapisan otot polos, merupakan kelanjutan otot polos dari Vesika urinaria.    Mengandung jaringan elastis dan otot polos. Sphincter urethra menjaga agar urethra tetap tertutup.
2. Lapisan submukosa, lapisan longgar mengandung pembuluh darah dan saraf.
3. Lapisan mukosa.


C.    Nilai - Nilai Normal
I.     Nilai – Nilai Normal Feses
        Gas yang dihasilkan dalam proses pencernaan normalnya 7-10 liter / 24 jam. Jenis gas terbanyak adalah CO2, metana, H2S, O2, dan nitrogen. Feses terdiri atas 75 % air dan 25 % materi padat. Feses normal berwarna khas karena pengaruh dari mikroorganisme. Konsistensi lembek namun berbentuk.
Karakteristik
Normal
Abnormal
Kemungkinan penyebab
Warna
Dewasa : kecoklatan
Bayi : kekuningan
Pekat / putih
Adanya pigmen empedu (obstruksi empedu); pemeriksaan diagnostik menggunakan barium
Hitam / spt ter.
Obat (spt. Fe); PSPA (lambung, usus halus); diet tinggi buah merah dan sayur hijau tua (spt. Bayam)
Merah
PSPB (spt. Rektum), beberapa makanan spt bit.
Pucat
Malabsorbsi lemak; diet tinggi susu dan produk susu dan rendah daging.
Orange atau hijau
Infeksi usus
Konsistensi
Berbentuk, lunak, agak cair / lembek, basah.
Keras, kering
Dehidrasi, penurunan motilitas usus akibat kurangnya serat, kurang latihan, gangguan emosi dan laksantif abuse.
Diare
Peningkatan motilitas usus (mis. akibat iritasi kolon oleh bakteri).
Bentuk
Silinder (bentuk rektum) dgn Æ 2,5 cm u/ orang dewasa
Mengecil, bentuk pensil atau seperti benang
Kondisi obstruksi rectum
Jumlah
Tergantung diet (100 – 400 gr/hari)
Bau
Aromatik : dipengaruhi oleh makanan yang dimakan dan flora bakteri.
Tajam, pedas
Infeksi, perdarahan
Unsur pokok
Sejumlah kecil bagian kasar makanan yg tdk dicerna, potongan bakteri yang mati, sel epitel, lemak, protein, unsur-unsur kering cairan pencernaan (pigmen empedu dll)
Pus
Mukus
Parasit
Darah
Lemak dalam jumlah besar
Benda asing
Infeksi bakteri
Konsidi peradangan
Perdarahan gastrointestinal
Malabsorbsi
Salah makan

1. Rata-rata dalam satu hari 1-2 liter, tapi berbeda-beda sesuai dengan jumlah cairan yang masuk.
2. Warnanya bening oranye tanpa ada endapan.
3. Baunya tajam.
4. Reaksinya sedikit asam terhadap lakmus dengan pH rata-rata 6.

II.  Nilai – Nilai Normal Urine

Volume urine normal pada berbagai tingkatan usia
Usia
Volume urine rata rata /hari (mL)
Lahir-2hari
15-60
3 hari-10 hari
100-300
10 hari-2 bulan
250-400
2 bulan-1 tahun
400-500
1-3 tahun
500-600
3-5 tahun
600-700
5-8 tahun
700-1.000
8-14 tahun
800-1.400
14 tahun- dewasa
1.500
Dewasa tua
<1.500

Karakteristik urine normal
Keadaan
Normal
Warna
Oranye gelap atau kekuningan dan bening
Bau
Sedikit aromatik atau berbau khas
Berat jenis
1,010-1,1,025
pH
4,4-7,5
Konsentrasi
Cair atau sangat encer
Jumlah
1.200-1.500 mL/24 jam

D.    Gangguan pada Eliminasi
I.     Gangguan dalam eliminasi urine

1.      Inkontinensia Urine
Inkontinensia  urin adalah kondisi ketika otot sfingter eksternal tidak mengendalikan dorongan berkemih untuk sementara atau permanen.
Inkontinensia dibagi menjadi 5 jenis, yaitu sebagai berikut :
a.)    Inkontinensia refleks
Inkontinensia reflex merupakan keadaan ketika pengeluaran urine tidak dirasakan. Urine  langsung dikeluarkan pada interval tertentu ketika kandung kemih mencapai jumlah tertentu. Hal inidisebabkan oleh gangguan saraf akibat penyakit diabetes, kerusakan neurologi, dan penyumbatan saluran kencing.
Tanda-tanda inkontinensia reflex yaitu:
·         Tidak ada dorongan untuk berkemih.
·         Dapat merasakan bahwa kandung kemih penuh.
·         Kontraksi atau spasme kandung kemih tidak dihambat pada interval teratur.
b.)    Inkontinensia stress
Inkontinensia stress merupakan keadaan ketika tekanan intra-abdomen meningkat dan menyebabkan kompresi kandung kemih. Urine yang keluar kurang dari 50ml. Kondisi ini biasanya terjadi ketika seseorang batuk, tertawa, bersin, berolahraga atau gerakan lain yang meningkatkan tekanan pada kandung kemih. Inkontinensia stress juga terjadi ketika otot pelvis melemah, misalnya setelah melahirkan atau pembedahan.

c.)    Inkontinensia urgensi (dorongan)
Inkontinensia urgensi merupakan keaadaan ketika seseorang mengalami pengeluaran urine involunter segera setelah merasa dorongan yang kuat tiba-tiba untuk berkemih. Waktu antara dorongan untuk berkemih dan pengeluaran urin sangat singkat, mulai dari beberapa detik sampai beberapa menit, sehingga sering kali tidak terdapat cukup waktu untuk sampai ke toilet.
·         Penurunan kapasitas kandung kemih
·         Infeksi saluran kemih bagian bawah
·         Spasme kandung kemih
·         Overdistensi kandung kemih
·         Peningkatan konsumsi kafein dan alkohol
·         Peningkatan konsentrasi urine
d.)   Inkontinensia total
Inkontinensia total merupakan keadaan ketika seseorang mengalami pengeluaran urine secara terus-menerus dan tidak dapat diperkirakan.
Penyebabnya antara lain:
·         Luka sfingter pada laki-laki atau luka otot perineal pada wanita
·         Kerusakan neurologis
·         Penyakit yang berpengaruh pada medulla spinalis
·         Fistula
·         Neuropati yang mencegah transmisi refleks yang mengindikasikan kandung kemih penuh.
e)    Inkontinensia fungsional
Inkontinensia fungsional merupakan keadaan ketika seseorang dapat merasakan dorongan untuk berkemih, tetapi tidak dapat menahannya hingga mencapai toilet. Hal ini disebabkan oleh gangguan fisik seperti kerusakan neurologis serta keterbatasan mobilitas, berfikir, atau berkomunikasi. Keadaan ini dapat ditemukan pada penderita Alzheimer dan penyakit Parkison.
Tanda-tanda Inkontinensia fungsional:
·         Terdapat dorongan untuk berkemih.
·         Kontraksi kandung kemih cukup kuat untuk mengeluarkan urine.

1.      Retensi Urine
                       Retensi urine merupakan kondisi penumpukan urine di dalam kandung kemih   karena kandung kemih tidak dapat mengosongkan isinya sehingga kandung kemih menjadi regang (distensi). Pada keadaan normal, kandungan urine di dalam kandung kemih adalah sekitar 250-450 ml. Dalam keadaan distensi, jumlah urine yang dapat ditampung kandung kemih meningkat 3.000-4.000ml.
Retensi dapat bersifat akut atau kronis. Retensi urine akut ditandai dengan ketidakmampuan berkemih yang terjadi tiba-tiba. Pembentukan urine menyebabkan rasa nyeri pada kandung kemih, tetapi tidak disertai rasa nyeri dan tidak menyebabkan kesulitan dalam berkemih. Selain itu, pada retensi urine kronis, urine masih dapat dikeluarkan, tetapi kandung kemih tidak dapat benar-benar mengosongkan isinya.
    Retensi urine dapat disebabkan oleh hal berikut:
·         Obstruksi (misalnya hipertrofi prostat)
·         Pembedahan pada daerah abdomen bawah, pelvis atau kandung kemih
·         Otot sfingter yang kuat
·         Tekanan uretra yang tinggi karena otot destrutor lemah
·         Trauma sum-sum tulang belakang

2.      Enuresis (mengompol)
                    Enuresis adalah peristiwa berkemih yang tidak disadari. Kondisi ini biasanya dialami  oleh anak-anak serta lansia, dan umumnya terjadi pada malam hari pada saat tidur.
Enuresis disebabkan oleh hal berikut:
·         Kapasitas kandung kemih yang lebih kecil dari normal
·         Infeksi saluran kemih
·         Konsumsi makanan yang pedas atau banyak mengandung garam dan mineral
·         Takut pergi ke kamar mandi pada malam hari
·         Suasana emosional yang tidak menyenangkan dirumah



1.    Poliuri
Poluri atau dieresis adalah peningkatan produksi urine oleh ginjal tanpa adanya peningkatan asupan cairan. Kondisi ini dapat terjadi pada penderita diabetes, ketidakseimbangan hormone dan nefritik kronik. Poliuri menyebabkan tubuh banyak kehilangan cairan sehingga dapat mengakibatkan dehidrasi.
2.    Oliguria dan anuria
Oliguria adalah penyakit urine yang rendah, yaitu 100-500 ml/24 jam, sedangkan anuria adalah produksi urine yang sangat rendah, yaitu <100ml/jam. Kedua kondisi ini dapat disebabkan oleh asupan cairan yang sedikit atau pengeluaran cairan yang abnormal. Oliguria dan anuria dapat mengindikasikan gangguan pada aliran darah menuju ginjal. Oliguria dan anuria umumnya disebabkan oleh penyakit ginjal, gagal jantung, luka bakar dan syok.

1.      Gangguan Eliminasi Fekal

a)    Konstipasi
      Konstipasi merupakan gejala, bukan penyakit, yaitu menurunnya frekuensi BAB disertai dengan pengeluaran feses yang sulit, keras, dan mengejan. BAB yang keras dapat menyebabkan nyeri rektum. Kondisi ini terjadi karena feses berada di intestinal lebih lama, sehingga banyak air diserap.

b)   Impaction
         Impaction merupakan akibat konstipasi yang tidak teratur, sehingga tumpukan    feses yang keras di rektum tidak bisa dikeluarkan. Impaction berat, tumpukan feses sampai pada kolon sigmoid.

c)    Diare
    Diare merupakan BAB sering dengan cairan dan feses yang tidak berbentuk. Isi intestinal melewati usus halus dan kolon sangat cepat. Iritasi di dalam kolon merupakan faktor tambahan yang menyebabkan meningkatkan sekresi mukosa. Akibatnya feses menjadi encer sehingga pasien tidak dapat mengontrol dan menahan BAB.

d)   Inkontinensia Fekal
         Inkontinensia Fekal yaitu suatu keadaan tidak mampu mengontrol BAB dan udara dari anus, BAB encer dan jumlahnya banyak. Umumnya disertai dengan gangguan fungsi spingter anal, penyakit neuromuskuler, trauma spinal cord dan tumor spingter anal eksternal. Pada situasi tertentu secara mental pasien sadar akan kebutuhan BAB tapi tidak sadar secara fisik. Kebutuhan dasar pasien tergantung pada perawat.

e)    Flatulens
        Flatulens yaitu menumpuknya gas pada lumen intestinal, dinding usus meregang dan distended, merasa penuh, nyeri dan kram. Biasanya gas keluar melalui mulut (sendawa) atau anus (flatus). Hal-hal yang menyebabkan peningkatan gas di usus adalah pemecahan makanan oleh bakteri yang menghasilkan gas metan, pembusukan di usus yang menghasilkan CO2.

f)    Hemoroid
          Hemoroid yaitu dilatasi pembengkakan vena pada dinding rektum (bisa internal atau eksternal). Hal ini terjadi pada defekasi yang keras, kehamilan, gagal jantung dan penyakit hati menahun. Perdarahan dapat terjadi dengan mudah jika dinding pembuluh darah teregang. Jika terjadi infla-masi dan pengerasan, maka pasien merasa panas dan gatal. Kadang-kadang BAB dilupakan oleh pasien, karena saat BAB menimbulkan nyeri. Akibatnya pasien mengalami konstipasi.



E.  Patofisiologi ­­­Description: Description: Description: http://2.bp.blogspot.com/-Bn3tZ6HNNhE/UuLNhZoHTAI/AAAAAAAAATU/qmBOYd_VjBo/s1600/Patofisiologi+Retensi+Urine.jpg

F.     Pemeriksaan Diagnostik

Prosedur diagnostik untuk pemeriksaan saluran kemih (uriner), misalnya intravenous pyelogram (IPV) atau pielogram intravena dan urigram menyebabkan   jumlah asupan cairan pasien berkurang. Hal ini mneurunkan produksi urine.
Tindakan sitoskopi yang bertujuan melihat langsung struktur perkemihan dapat mengakibatkan edema lokal sehingga mengganggu pengeluaran urine.


G.    Asuhan Keperawatan

1.    Pengkajian
v Riwayat keperawatan
Pengkajian pada kebutuhan eliminasi urine meliputi :
a.      Kebiasaan atau pola berkemih
Pengkajian kebiasaan berkemih bersifat khusus karena setiap indifidu memiliki kebiasaan yang berbeda. Pasien sendirilah yang akan menentukan pola perkemihnya normal atau apakah ada perubahan. Selain itu yang perlu dikaji adalah faktor apa  saja yang memengaruhi kebiasaan perkemihnya.
b.      Frekwensi berkemih
Frekwensi berkemih menentukan berapa kali individu berkemih dalam sehari (24 jam). Contohnya salah sebagai berikut :
·         Miksi 5 kali/hari
·         70% miksi pada siang hari, sedangkan sisanya dilakukan pada malam hari, menjelang tidur dan sesudah bangun tidur .
·          Berkemih dilakukan pada saat bangun tidur dan sebelum tidur.
c.       Volume urine
Pengkajian volume urine dilakukan untuk mengetahui jumlah  urine yang dikeluarkan dalam 24 jam. Setelah itu, ditentukan apakah jumlah urine tersebut normal atau tidak dengan membandingkan dengan tabel dibawah ini.
d.      Asupan dan pengeluaran cairan
·         Catat pengeluaran urine selama 24 jam.
·         Kaji kebiasaan minum pasien setiap hari ( jenis dan jumlah cairan yang diminum)
·         Catat asupan cairan per oral, melalui makanan, melalui cairan infus, atau  NGT  (jika ada)
v Pemeriksaan fisik
  Pemeriksaan fisik yang dilakukan pada masalah kebutuhan eliminasi urine meliputi:
a.       Abdomen : cermati apakah ada pembesaran, distensi kandung kemih, pembesaran ginjal, dan nyeri tekan pada kandung kemih.
b.      Genitalia : cermati apakah alat genitalia bersih, apakah terdapat  pembengkakan, rabas, atau radang pada meatus uretra. Pada pria, cermati apakah ada lesi, pembesaran skrotum, atau nyeri tekan. Pada wanita, cermati apakah terjadi lesi, nodul, atau radang pada labia minora atau manora.
v Tes diagnostik
a.       Pemeriksaan urine
Hal yang dikaji pada urine meliputi warna ,bau, berat jenis, kejernihan, pH, serta ada tidaknya protein, darah, dan glukosa.
b.      Tes darah
Pemeriksaan darah meliputi BUN, bersih kreatinin, nitrogen nonprotein (NPN), sistoskopi, dari  intravenus pyelogram (IVP).

2.    Diagnosis keperawatan
     Diagnosis keperawatan pada masalah kebutuhan eliminasi urine adalah sebagai    berikut :
1.      Inkontinesia fungsional, berhubungan dengan :
·         Penurunan rangsangan kandung kemih dan kerusakan kemampuan untuk mengenal rangsangan akibat cedera atau kerusakan saraf.
·         Penurunan tonus kadung kemih akibat dampak pengobatan, dehidrasi, atau faktor psikologis.
·         Keterbatasan mobilitas, neuromuskuler.
·         Perubahan faktor lingkungan.
·         Kehilangan kemampuan motoris dan sensoris (pada lansia).
2.       Inkontinesia refleks, berhubungan dengan :
·         Disfungsi neurologi di atas ingktan arkus reflek karena cidera pada modula spinalis.
·         Kerusakan jaringan karena pemakaian anestesi untuk pembedahan.
3.      Inkontinesia stres, berhubungan dengan :
·         Peningkatan tekanan intra-abdomen.
·         Kelemahan otot panggul karena obesitas, kehamilan, persalinan, dan lain lain.
·         Penurunan totus otot (pada lansia)
·         Ketidak mampuan kandung kemih mengeluarkan urine karena kelainan kongenital.
·         Perubahan degeneratif pada otot pelvis karena kekurangan estrogen.
4.      Inkontinesia total, berhubungan dengan :
·         Defisit komunikasi atau persepsi
·         Kerusakan neurologi
·         Fistula
·         Neuropati
5.      Inkontinesia urgensi, berhubungan dengan :
·         Penurunan kapasitas kandung kemih karena faktor penuaan , infeksi, trauma, tindakan pembedahan dan lain lain.
·         Iritasi pada reseptor peregang  kandung kemih karena penggunaan alkohol, asupan berlebihan, dan lain lain.
6.      Retensi urine, berhubungan dengan :
·         Terdapat hambatan pada spincter akibat struktur atau kontraktur leher kandung kemih.
·         Pembesaran prostat
·         Kerusakan atau ketidakadaan kuatan jaras karena cedera pada otak atau penggunaan obat  seperti antihistamin atau antikolinergik.
·         Obstruksi jalan kandung kemih karena infeksi feses.
·         Stres atau ketidaknyamanan.

7.    Perencanaan keperawatan
     Tujuan dari asuhan masalah kebutuhan eliminasi urine adalah:
ü  Memahami arti eliminasi urine
ü  Membantu mengosongkan kandung kemih secara penuh
ü  Mengembalikan fungsi kandung kemih
ü  Mencapai pengeluaran urine yang normal
ü  Mempertahankan atau mengembalikan pola berkemih yang normal
ü  Memberikan rasa nyaman dan mencegah tekanan emosional
ü  Memulihkan kepercayaan diri
ü  Mencegah munculnya risiko terkait (misalnya infeksi, kerusakan kulit, atau ketidakseimbangan cairan dan elektrolit)
                   I.     Inkontinensial fungsional
*      Tingkatan faktor yang berperan dalam kontinen, misalnya mempertahankan asupan nutrisi yang adekuat.
a)      Tingkatkan integritas diri dan berikan motivasi untuk mengendalikan kandung kemih, misalnya dengan menghindari penggunaan bedpan atau pispot.
b)      Tingkatkan integritas kulit dengan cara
·           Bersihkan dan keringkan area kulit.
·           Berikan salep pelindung.
c)      Tingkatkan higiene perseorangan dengan cara
·           Anjurkan pasien untuk mandi dengan air mengalir.
·           Bersihkan perineum dan uretra dari depan ke belakang (bagi wanita)
f)         Optimalkan hidrasi dengan cara
·           Berikan asupan cairan 200-300 ml/hari, kecuali bila ada kontraindikasi.
·       Atur jarak pemberian asupan cairan, sebaiknya setiap 2 jam.
·           Anjurkan untuk tidak bergantung pada rasa haus untuk mulai minum.
·           Kurangi asupan cairan pada malam hari.
·           Kurangi minuman yang berdampak diuretik, misalnya kopi, teh, dan jus anggur.
*      Jelaskan cara mengenali perubahan urine yang abnormal, misalnya terjadi peningkatan mukosa, terdapat darah dalam urine, dan terjadi perubahahan warna urine.
*      Ajarkan cara mengenali tanda dan gejala ISK (Infeksi Saluran Kemih), misalnya kenaikan suhu, perubahan karateristik urine, nyeri pada saat berkemih, mual, atau muntah.
                II.     Inkontinensi Refleks
Ajarkan teknik merangsang refleks berkemih, contohnya mekanisme pemicu   kutaneus  sebagai berikut.
a)  Ketuk supra pubis secara dalam,tajam,dan berulang.
b) Ajarkan pasien untuk:
ü  Memposisikan diri setengah duduk.
ü  Mengetuk kandung kemih dengan satu tangan secara langsung dengan rata-rata 7-8 ketukan setiap detik 5 detik.
ü  Pindahkan sisi rangsangan di atas kandung kemih untuk menentukan posisi yang paling berhasil.
ü  Lakukan kegiatan di atas hingga aliran baik.
ü  Tunggu sekitar 1 menit dan ulang hingga kandung kemih kosong.
ü  Jika rangsangan telah di lakukan hingga dua kali, tetapi tidak ada respons, berarti sudah tidak ada urine yang dapat di keluarkan.
c) Apabila belum berhasil, lakukan kegiatan ini selama 2-3 menit dan berikan jeda   waktu 1 menit di antara setiap kegiatan.   
ü  Tekan gland penis.
ü  Ketuk-ketuk perut di atas ligamen inguinal.
ü  Tekan paha bagian dalam.
d)   Catat jumlah asupan dan pengeluaran.





Daftar Pustaka

Guyton dan Hall. 2007. Buku Ajar FISIOLOGI KEDOKTERAN Edisi II. Jakarta: EGC
Pearce, Efelin C. 2006. Anatomi dan fisiologi untuk paramedic. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
Syaifuddin. 1997. Anatomi Fisiologi Untuk Siswa Perawat. Jakarta: EGC
Snell, Richard S. 2006. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran. Jakarta: EGC
http://hedisasrawan.blogspot.co.id/2013/10/30-kelainan-dan-penyakit-pada-sistem.html



Bab III
Penutup

A.    Kesimpulan

Eliminasi sisa metabolisme merupakan pembuangan sampah dari proses metabolisme tubuh. Beberapa jenis sampah metabolisme yang dibuangoleh tubuh antara lain, air, CO2, urea, dan lain-lain. Sistem tubuh yang berperan dalam proses pembuangan tersebut yaitu, sistem pernapasan, integumen, hepar, endokrin, dan renal. Apabila sistem yang terlibat dalam eliminai terganggu, maka terjadi perubahan pola eliminasi.































Tidak ada komentar:

Posting Komentar